Pages

Sabtu, 03 November 2012

drama..


Sedikit drama..
Dibaca ya.
(Tiba di rumah, Ari terus meninggalkan sepatu dan baju sekolahnya. Badannya terasa penat, lapar, haus karena perjalanan dari sekolah ke rumah cukup meletihkan. Ari segera pergi ke dapur menikmati nasi dan lauknya.)

Kak Hardo: “Ariii!!”
Ari: (Belum melangkah kemudian lari setelah mendengar panggilan Kak Hardo) “Ada apa Kak?”
Kak Hardo: (Cemberut) “Kau mengaku saja ya Ar, yang mungkin ……………….”
Ari: “Aku nggak tahu. Yang mungkin apa Kak?”
Kak Hardo:”Bu Kesi lapor padaku bahwa kau yang mengambil pencitnya “(sambil menunjuk sebatang pohon mangga di muka rumah Bu Kesi)
Ari:”Tidak. Itu tidak benar.”
Kak Hardo:” Kau jangan bohong, Ar. Mengaku saja terus terang.”
Ari: ( agak kesal) “Tidak Kak, aku tidak mencuri.”
Bu Kesi: ”Ya, kamu kemarin kan yang merontoki pencit ibu? Ibu mengintip kamu dari lubang itu.”(sambil menunjuk pada sebuah lubang dinding kayu rumahnya.)
Ari: “Bukan, Bu. Itu bukan saya.”
Bu Kesi: “ Saya tidak hemat pencit cuma terlalu muda untuk dia ambil. Kalau kau ingin minta saja pasti saya beri. Tidak baik, Nak, mencuri.
Ari: (tambah jengkel) “Bukan bu, saya tidak mencuri pencit Ibu. Mungkin Ibu salah lihat.”
Kak Hardo: (agak membentak) “Jadi, kau tidak mau mengakui perbuatanmu?”
Ari: (hampir menangis) “Betul Kak, aku tidak mencuri, aku berani sumpah.”
Kak Hardo: (menjewer Ari)
Ari: Awww..(menjerit sekuatnya)
Kak Hardo: (menyeret Ari pulang ke rumah)”Ayo pulang!”
Ari: (menangis) “Ya.”


(Sampai di rumah)
Kak Hardo: (menghajar, menampar, menjewer, memukuli Ari) “Plek “
Ari: “Aku tidak mencuri pencit Bu Kesi,  Kak, Sumpah!!”
Kak Hardo: (memukul Ari menggunakan penggaris) ”Cepat mengaku ,Ar?”
Ari: “Bener, Kak aku nggak mengambilnya.” (Cetusnya sekali lagi)
Kak Hardo: (ragu-ragu) “Kalau tidak mengambil diam aja!”
Ari: (jengkel) “Hiks hiks hiks”
Kak Hardo: (mengeraskan pukulan hingga penggaris patah menjadi dua.) ”Kau tidak mau diam,Ar.”(sambil mengancam Ari)









0 komentar:

Posting Komentar